Manusia dan Agama

Manusia dan Agama 


Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. 

Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. 

Agama adalah fitrah “ketentuan mutlak” bagi Manusia tanpa manusia agama bukan berarti apa-apa, karena Agama memang ditujukan bagi manusia.( Murtadha mutahhari: 1997: 41-42). 

Pengertian Agama berasal dari bahasa sansekerta. Menurut pengertian umat hindu penganut madzhab siwa, kata agama yang dipergunakan dalam bahasa Indonesia sebagai istilah kerohanian, berasal dari kata Gam yang berarti pergi, Gam diberi awalan “A” yang berarti Agam berarti kebalikan dari pergi yang artinya datang, dan diberi akhiran “A” menjadi agama dengan arti kedatangan.( T.H. Thalhas: 2006: 19-20). 

Agama adalah sebuah wadah tempat manusia menjadikan kehidupannya penuh arti. Agamalah yang mendorong manusia membangun kepribadiannya. Bukankah dalam ajaran agama Islam, selain diperintahkan untuk menerima kenyataan yang ada, kita juga dipe-rintahkan untuk melakukan perombakan demi perbalkan keadaan kita? "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan mereka sendiri" (Q.S. Al-Ra'd: 11) 



Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, Good, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll. 

Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri , yaitu : 

· menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan 

· menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan 

Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama. 

Pada hakikatnya manusia tidak terlepas dari sistem religi. Di dalam masyarakat pasti terdapat agama dan kepercayaan. Di Indonesia sendiri terdapat 6 agama yang diakui oleh pemerintah, yaitu agama Islam, Hindu, Kristen, Katolik, Budha, dan Khonghucu . Dan setiap warga negara berhak untuk memilih agama yang ingin mereka anut. Agama merupakan fenomena sosial yang universal, buktinya banyak manusia menganut suatu agama tertentu. 

Menurut teolog H. M. Rasyidi agama sebagai problem of ultimate concern yang berarti sesuatu yang mutlak menyelamatkan kehidupan manusia. 

Sebagian ahli teologi mengatakan bahwa ketertarikan manusia kepada agama dan masalah ketuhanan adalah bersumber dari fitrahnya sendiri. Jadi, setiap manusia dengan merujuk pada dirinya dan mendengarkan suara dari lubuk hatinya yang paling dalam akan menemukan Tuhan. Hanya saja, di saat ia akrab dengan alam materi, mungkin ia akan mencari sesuatu benda materi dan menyebutnya sebagai tuhan atau perwujudan dari Tuhan yang ia rasakan dalam hatinya 

Robert M. Bellah menyebut adanya agama yang dinamakan “Pseudo Religion atau Civil Religion” atau agama tiruan, yaitu “isme-isme” yang dianut manusia. Banyaknya penganut dan agama secara fungsional menunjukkan arti pentingnya agama. Yakni identifikasi, sosialisasi-interaksi-komunikasi dan maknawi. 

Menurut Mircea Eliade manusia adalah homo religius, yakni manusia yang hidup dalam suatu alam yang sakral dan penuh dengan nilai-nilai yang religius yang disebabkan kehadiran “Yang Suci.” 

Menurut Fransisco J. Moreno yang meupakan sosiolog, sejarah agama berumur setua dengan sejarah manusia. Tidak ada suatu masyarakat yang hidup tanpa suatu agama. 

Menurut seorang sejarahwan, Max Muler-Joachim Wach mengatakan sejarah umat manusia adalah sejarah agama. Agama merupakan cara untuk meningkatkan pengetahuan dan cintanya untuk Tuhan. Agama merupakan cahaya, jiwa dan kehidupan sejarah. 

Seorang budayawan, Milton Yinger mengatakan manusia memerlukan nilai-nilai mutlak sebagai pegangan dan jawaban terhadap persoalan hidup dan mati. 

Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang diuraikan di bawah: 
Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia. 

Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia sentiasanya memberi penerangan kepada dunia(secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai melalui indra manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan Allah SWT dan setiap manusia harus menaati Allah SWT. 
Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia. 

Sebagian pertanyaan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia, pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk menjawabnya. Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab soalan-soalan ini. 
Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia. 

Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama. 
Memainkan fungsi peranan sosial. 

Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial. 

Dari uraian di atas, kita simpulkan bahwa agama merupakan fenomena yang tidak mungkin terpisahkan dari manusia. Sebab, manusia memiliki fitrah yang selalu mengajak ia untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha Agung. Selain itu, manusia juga selalu butuh untuk mengetahui apa-apa yang ada di sekitarnya, termasuk dirinya sendiri. la merasa berhak untuk mengetahui dari mana ia berasal, untuk apa dia berada di dunia, apa yang mesti ia lakukan demi kebahagiannya di dunia dan alam akhirat nanti, yang merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas dan itu adalah agama. Karenanya, sangatlah logis jika agama selalu mewarnai sejarah manusia dari dahulukala hingga kini, bahkan sampai akhir nanti. 

Jadi, agama merupakan batasan yang mengatur tingkah laku manusia untuk menjalani kehidupan yang mengatur. Karena dalam agama menjelaskan apa-apa saja yang harus dilakukan dan dihindari oleh manusia. Setiap manusia yang lahir pada hakikatnya sudah beragama. 



Sumber : 

Murtadha mutahhari. Perspektif Al-Qur`an tentang Manusia dan Agama. 1997. Bandung: Mizan 

T.H. Thalhas. Ilmu Perbandingan Agama. 2006. Jakarta: Galura pass 


0 komentar:

Posting Komentar

  © NOME DO SEU BLOG

Design by Emporium Digital