MENJADI SEORANG GURU YANG PANCASILAIS

Nama : Retno Wahyuningsih

NIM : 12413241026

Pendidikan Sosiologi 2012 A

Fakultas Ilmu Sosial



MENJADI SEORANG GURU YANG PANCASILAIS


“VIVAnews -Tak Bisa Kerjakan Soal, Guru Pukul Murid SD. Kasus itu berawal saat korban (murid SD) tidak dapat mengerjakan soal matematika di papan tulis kelasnya. Akhirnya, gurunya melakukan tindak kekerasan pada kedua murid kelas enam itu memakai gagang sapu.”


Kasus tersebut jelas bertentangan dengan sila manapun yang ada dalam Pancasila, jadi dapat dikatakan guru yang berada dalam artikel itu sebagai guru yang tidak pancasilais. Disaat seharusnya guru mengaplikasikan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan bertindak sesuai dengan apa yang dilarang dan diperintahkan-Nya, ketika diharapkan seorang guru berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, dengan melakukan tindak kekerasan ia sama saja dengan mengesampingkan sila persatuan Indonesia yang berdampak pada merenggangnya hubungan baik antara guru dan murid, guru dan guru, serta guru dan orang tua murid. Selain itu ia pun tidak mengamalkan sila keempat dengan bertindak sewenang-wenang terhadap siswa, padahal sebenarnya tidak perlu dengan tindak kekerasan masalah yang terhitung sepele itu dapat diselesaikan jika komunikasi diantara keduanya berjalan baik. Dan guru yang berada di Kabupaten Minahasa tersebut melanggar aspek keadilan, tindakannya jelas mengisyaratkan bahwa ia tidak bisa bersikap adil terhadap siswanya, karena pada hakikatnya adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dan apabila guru melihat adanya kekurangan pada anak didiknya guru harus mampu adil dengan mengambil tindakan yang seharusnya guru lakukan, bukan malah melakukan tindakan kekerasan.


Fenomena kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan menurut Rahman Assegaf (2004) memiliki beberapa sebab, yakni : Petama, kekerasan dalam pendidikan bisa muncul sebagai akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan hukuman, terutama fisik. Kedua, Kekerasan bisa diakibatkan oleh buruknya sistem dan kebijakan pendidikan yang berlaku. Ketiga, kekerasan mungkin pula dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan tayangan media massa. Keempat, kekerasan bisa jadi merupakan refleksi dari perkembangan kehidupan masyarakat yang mengalami pergeseran cepat sehingga meniscayakan timbulnya sikap instant solution dan jalan pintas. Kelima, kekerasan mungkin pula dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi pelaku. Faktor pertama dan kedua merupakan manivestasi dari kondisi internal pendidikan, sedangkan faktor ketiga sampai kelima merupakan kondisi eksternal pendidikan.


Salah satu, beberapa, atau bahkan semua penyebab kekerasan yang dikemukakan sebelumnya bisa saja pada anak SD itu. Tapi yang pasti, guru tetap tidak bisa dibenarkan ketika melakukan tindak kekerasan terhadap siswanya baik itu kekerasan fisik maupun psikologis. Tugas guru sudah disampaikan sebelumnya dan diharapkan seluruh guru melakukan pergerakan dan terus melaksanakan evaluasi diri agar tujuan dari ia mengajar itu terpenuhi. Bukan hanya sekedar rutinitas profesi namun diharapkan setiap guru menjalankan tugasnya sesuai dengan hati nurani.


Guru yang Pancasilais sesungguhnya dapat dijadikan alternatif solusi dalam menyelesaikan permasalahan kekerasan di lembaga pendidikan ini. Karena guru yang sungguh sungguh menghayati dan mengamalkan setiap butir sila dalam pancasila tentu arah dan tujuannya jelas juga apabila hendak melenceng ke arah yang salah dapat sesegera mungkin kembali pada apa yang harusnya mereka tapaki.


Ia akan senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan sosial, bersosialisasi dengan baik dengan masyarakat, dan selalu membela kebenaran dan kedilan. Selain itu bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan ras, suku agama, golongan maupun unsur-unsur pembeda lainnya, mampu berbaur dengan lapisan masyarakat manapun karena sesunggguhnya setiap siswa memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda. Guru yang mancasilais pun diharapkan selalu mengutamakan msyawarah untuk kemaslahatan bersama, tidak memaksakan kehendak, dan menerima hasil musyawarah bersama dengan lapang dada. Tak ketinggalan ia pun harus senantiasa menyeimbangkan anatar hak dan kewajibanya. Dengan mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila berbagai problematika dalam dunia pendidikan akan teratasi, begitu pula pada fenomena kekerasannya.


Pancasila memiliki peran yang sangat fundamental di negara kita ini, yang dijadikan sebagai pedoman bangsa, berbagai cara untuk melakukan pembentukan karakter anak bangsa dengan berlandaskan pancasila,dengan adanya pendidikan berkarakter di sekolah-sekolah , peran seorang guru sebagai satuan pendidikan dan mendidik anak bangsa haruslah berlandaskan pancasila,maka Indonesia berupaya untuk membangun karakter anak bangsa yang berlandaskan pancasilais melalui pendidikan berkarakter disekolah, pendidikan karakter di sekolah tidak harus merupakan sesuatu yang berdiri sendiri sebagai satu bidang studi atau mata pelajaran. Pendidikan karakter harus merasuk ke dalam seluruh bidang studi atau mata pelajaran, yang kemudian dijadikan pedoman dalam menghadapi persoalan kehidupan, guru sebagai pendidik,pengajar,pembimbing dan pelatih, sangat berperan dalam perkembangan peserta didik untuk mewujudkan kehidupan yang optimal berlandaskan pancasila. Dalam pendidikan formal merasuklah pendidikan informal, dan yang informal itu antara lain pendidikan karakter


Untuk menjadi seoarang guru yang pancasilais itu haruslah berlandasakan ke lima pancasila dan mengamalkannya, diantara sila ke lima itu yang pertama harus diamalkan oleh seorang guru adalah sila pertama yang berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa, karena manusia Indonesia atau warga Negara Indonesia menyadari dirinya sebagai ciptaan (makhluk) Tuhan yang Maha Esa yang wajib bertakwa dan percaya kepadaNyasesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab kita mengakui sebagai bangsa yang bertuhan, bangsa yang berkeyakinan dan bukan komunis ataupun atheis.


Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut Tuhan yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya, Ketuhanan Yang Maha Esa berarti sifat-sifat Luhur atau mulia, sifat luhur dan mulia itu antara lain cinta kasih, kasih sayang, jujur, rela berkorban, rendah hati, memaafkan, itulah yang harus ada oleh seorang guru untuk menjadi guru yang pancasilais.


Setiap individu haruslah mempunyai keyakinan, untuk menjalankan dasar dari pancasila itu, sebagai warga negara yang baik sudah seharusnya kita bisa mengerti dan memahami serta mengamalkan apa yang telah ditentukan didalam Pancasila itu, dan sebagai satuan pendidikan seorang guru haruslah bersikap dengan adil dan beradab,bisa menjelaskan bagaimana mengamalakan ke 5 Pancasila itu, salah satunya dengan tidak membeda-bedakan satu agama dengan agama yang lain,semua agama itu sama,mereka mempunyai satu keyakinan kepada yang satu atau Esa kepada tuhannya masing-masing.


Didalam proses belajar mengajar banyak sekali hal yang harus kita pelajari dalam mengembangkan sila Ketuhanan yang Maha Esa agar tidak terjadinya konflik, menjadi seorang guru yang pancasilais,seorang guru harus mengamalkan nilai-nilai pancasila itu terlebih dahulu, setelah seorang guru mengamalkannya barulah mengwujudkannya dengan memberikan pengetahuan kepada peserta didiknya untuk bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai pancasila,yang berkaitan dengan norma dan tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, memberikan arahan kepada anak didiknya bahwa sebagai umat beragama kita harus mengembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.


Tidak hanya itu saja masih banyak hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila untuk menjadi seorang guru yang pancasilais, dengan memberikan penjelasan kepada peserta didik bahwa membina kerukunan hidup sesama umat beragama itu sangatlah perlu karena dengan hal itu kita bisa menghindari atau mengurangi konflik antar sesama umat beragama. Keberagaman agama dan pemeluk agama di Indonesia menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan.,kenyataan ini menuntut adanya kesadaran dari setiap pemeluk agama untuk menjaga keharmonisan hubungan di antara mereka, sebagai guru yang pancasilais,harus bisa menjadi penengah didalam konflik yang terjadi oleh perserta didiknya karena mereka mengangap agama satu dengan yang lainnya berbeda,seorang guru harus bisa menjelaskan dan membuat peserta didik mengerti kenapa diperlukan kerukunan sesama umat beragama, setiap individu berhak untuk memilih agama masing-masing, dan beribadah menurut agamanya tanpa adanya ganguan.


Menjadi seorang guru yang pancasilais itu,tidak lah selalu kaku setiap harinya, bagaimana seorang guru itu bergaul dan berkomunikasi dengan peserta didik,tenaga pendidik, orang tua atau wali dari peserta didik,memberikan pelajaran-pelajaran dengan cara yang menyenangkan agar peserta didik agar mampu untuk menjadi anggota masyarakat dalam mengahadapi kehidupan yang akan datang.


Tidak hanya sila pertama saja,semua sila haruslah di amalkan seorang guru dan mengaplikasikannya kepada peserta didik, setelah pancasila pertama, selanjutnya sila ke dua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang didasari oleh sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa,seorang guru yang pancasilaisharuslah mempunyai rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, bagaimana guru yang pancasilais itu menjelaskan makna dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab ,bahwa mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia itu sangatlah penting, begitu juga terhadap peserta didik,seorang guru memberikan penjelasan-penjalasan dari makna sila itu agar dalam pergaulan sehari-hari baik di luar maupun dilingkungan sekolah,seorang murid bisa menghargai persamaan dan perbedaan diantara sesama dan menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan,


Peran seorang guru sangatlah penting dalam proses pembelajaran pendidikan berkarakter yang berlandaskan pancasila, seorang guru juga harus berusaha untuk mencerdaskan peserta didiknya sebagai manusia yang berkepribadian berlandaskan pancasila, dengan memberikan masukan-masukan kepada peserta didik, bahwa mejadi seseorang yang pancasilais itu haruslah menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bertingkah laku sesuai dengan adab dan norma yang berlaku di masyarakat, dan dengan mejunjung tinggi kemardekaan bangsanya sendiri, tidak hanya itu saja,seroang guru mengajarkan nilai-nilai pancasila tidak lah hanya sebagai hafalan saja, tetapi bagaimana cara seorang guru itu menerapkan nilai-nilai pancasila kepada peserta didiknya.


Setelah membahas sila ke dua, berlanjut ke sila ketiga “Persatuan Indonesia”. Sila ketiga ini mengaandung arti nasionalisme,yang berarti bersatu dalam membina rasa nasionalisme, Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusian Yang Adil dan Beradab serta mendasari dan dijiwai sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dengan kemajemukan masyarakat Indonesia dan begitu banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia,membuat kita sebagai warga Negara Indonesia menjunjung tinggi rasa Persatuan dan kesatuan ,banyak cara yang dilakukan seorang guru dalam rasa persatuan kepada pserta didiknya, rasa persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia.


Dengan adanya upacara bendera di sekolah, ikut merayakan atau berpatisipasi dalam acara-acara yang berhubungan dengan nasionalisme, hari-hari besar nasional,mengikutkan peserta didik dalam hal tersebut,dalam rangka mengembangkan semangat nasionalisme tiap-tiap individu, namun tidak hanya sekedar ikut saja, bagaimana seorang guru itu menerapkan ke peserta didiknya bahwa bukan karena takut dihukum di sekolah mereka ikut berpatisipasi dalam kegiatan itu, tapi karena kesadaran diri sendiri, akan pentingnya persatuan didalam suatu bangsa ini yang harus kita pertahankan,dan mencontoh pahlawan-pahlawan yang telah gugur,demi mempertahankan persatuan dan kesatuan antar sesama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, selain itu bagaimana seorang guru memberikan ajaran kepada peserta didiknya bahwa mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa kita sendiri.


Sila ke empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan merupakan sikap yang harus ada dalam setiap individu bangsa ini,yang mengandung makna dari rakyat,oleh rakyat,untuk rakyat, dengan cara bermusyawarah,seorang pemimpin mempunyai sayarat untuk memimpin dengan bijaksana, dalam sistem pendidikan nasional ini pendidikannlah yang mempunyai peranan besar, namun tidak menutup kemungkinan peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya, dalam hal ini diperlukan suatu ilmu yaitu ilmu keguruan untuk mencapai guru yang ideal yaitu guru yang mencukupi syarat untuk menjadi guru.


Setiap manusia atau peserta didik bebas mengeluarkan pendapat dengan melalui lembaga pendidikan, setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama, begitu pula hal nya dengan hubungan guru dan murid nya, sama-sama mempunyai hak dan kewajiban yang sama, kewajiban sebagai seorang guru mencerdaskan peserta didiknya, dan hak seorang muridS menuntut atas pembelajaran itu, namun tetap saling menghormati antara guru dan muridnya, dan setiap permasalahan yang terjadi diselesaikan dengan jalan musyawarah agar tercapainya mufakat, begitu juga seorang guru ketika berhadapan dengan peserta didiknya ketika ingin memilih struktur kelas,atau siapa yang akan menjadi perwakilan diantara teman-temannya, haruslah berdasarkan musyawarah dan mufakat, agar terciptanya keadilan dan mengutamakan persatuan dan kesatuan dan kepentingan bersama agar tidak menimbulkan konflik, didalam pemilihan itu haruslah dengan demokrasi.


Selanjutnya sila ke 5, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. seorang guru haruslah bersikap adil terhadap peserta didik, tidak membedak-bedakan mana yang kaya dan yang kurang mampu, dan tidak membedakan mana yang pintar dan mana yang bodoh, semua peserta didik itu sama, tergantung bagaimana seorang guru memberikan pelajaran agar menarik bagi peserta didik dan membuat mereka mengerti tentang apa yang kita jarkan.


Seorang guru harus menghormati hak-hak yang dimiliki oleh peserta didik untuk di berikan pengajaran atau pembelajaran, untuk mengemukakan pendapat, mengajarkan kepada peserta didik bahwa menolong antara sesama, yang membutuhkan pertolongan kita, merupakan perbuatan yang mulia, bagaimana seorang guru itu mengajarkan bahwa menghargai karya orang lain itu sangat lah perlu, dengan itu timbulah rasa mengahargai satu dengan yang lainnya, seorang guru berupaya untuk mengembangakan sikap saling menghargai antar sesama, tidak hanya itu saja banyak hal yang dilakukan dalam mengembangkan sila ke 5 ini, dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berguna demi kepentingan bersama, mislanya mengikuti gotong royong antar kampung, disanalah timbul rasa kebersamaan, dengan mengikuti ronda antar kampung, atau membuat kegiatan-kegiatan untuk kepentingan umum dan bersama, seorang guru mengajarkan kepaadapserta didik bagaimana melindungi orang yang lemah, lemah dalam perkonomian, lemah dalam bentuk fisik dll.


Guru yang pancasilais mengajarkan atau menjelaskan bagiaman seharusnya sikap kita terhadap kekayaan yang dimiliki oleh Negara kita,bhwa itu semua adalah milik bersama. Kekayaan yang dimiliki oleh negara kita haruslah digunakan dengan sebaiknnya demi kebahagiian bersama menurut potensi yang ada didaerah masing-masing, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri saja, dan yang harus kita miliki sebagai peserta didik dan pengajar atau seorang guru dalam mengembangkan Pancasilais adalah dengan lima Pancasila itu yang telah dijabarkan.


Adapun sikap positif dari Pancasila itu sendiri untuk kita adalah dengan,menghormati anggota keluarga kita, menghormati orang yang lebih tua, membiasakan hidup hemat, tidak membeda-bedakan teman, membiasakan musyawarah untuk mufakat , menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing, membantu orang lain yang kesusahan sesuai dengan kemampuan sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

  © NOME DO SEU BLOG

Design by Emporium Digital